Dari Toleransi Ke Aksi: “Pemulihan Pasca Bencana…”

Dari Toleransi Ke Aksi: “Pemulihan Pasca Bencana…”

Ikatan kerukunan, persatuan dan kerjasama antara pemeluk umat beragama dan berkeyakinan bukan sebatas trend wacana an sich. Atau dalam bahasa lain, hanya sebatas mengisi ruang-ruang kebekuan organisasi kepemudaan di Cirebon. Pemuda Lintas Iman (PELITA) yang terdiri dari anggota dan jaringan masing-masing agama dan keyakinan yang multikultural, senyatanya juga bergerak dalam aksi-aksi kemanusiaan dan sosial-kemasyarakatan. Tentu saja, kegiatan-kegiatan sosial yang sejauh ini sudah termanifestasikan, tidak lepas dari pertalian kuat di antara anggota PELITA itu sendiri. Satu sisi, ya, toleransi dan kerukunan umat beragama itu keniscayaan, maka dari situ timbullah satu semangat kuat akan kepedulian terhadap masyarakat secara luas, terutama sekali bagi saudara-saudara kita yang terkena musibah bencana.

Banjir Indramayu

IMG_0033

Memasuki tahun 2014, masyarakat dikejutkan oleh tragedi bencana yang tidak sedikit menimbulkan kerugian secara materi dan non-materi. Korban nyawa, luka dan endapan trauma psikis menjadi sesuatu yang tak bisa dipungkiri pasca bencana terjadi.  Pada tanggal 19 Januari 2014, wilayah Indramayu terkena Banjir. nyaris sebagian kecamatan terendam. Selebihnya, kegiatan perekonomian masyarakat ikut lumpuh.

Dengan begitu, pertama-pertama, Pemuda Lintas Iman (PELITA) menggalang dana melalui aksi turun ke jalan. Di bilik-bilik lampu merah kota, on air di beberapa siaran Radio dan pertemuan bulanan, PELITA mengkampanyekan akan pentingnya peduli terhadap mereka yang terkena musibah. Saat dana sudah terkumpul, kemudian disalurkan kepada korban yang membutuhkan. Bakti Sosial (Baksos) berhasil diselenggarakan berkat uluran tangan dan kontribusi besar dari anggota Jaringan di tubuh PELITA sendiri. GKI Pengampon, GKI Rahmani, JKI Anugerah, Pemuda Theravada Indonesia (PATRIA), Radio Republik Indonesia (RRI), Kepemudaan Muhammadiyah, Gratia FM, dan masih banyak lainnya yang ikut berjibaku membantu baik secara materi dan non-materi.

 

Pemuda Lintas Iman (PELITA) dan kawan-kawan jaringan bukan sekadar menyalurkan dana bantuan. Akan tetapi, PELITA memiliki pakem program kerja yang proporsional dan efektif. Sebab, kerugian paling besar dari korban bencana adalah psikis/mental. Dengan itu, “pemulihan pasca bencana” menjadi agenda utama. Mapping sosial dan trauma-healing merupakan langkah pertama yang dilakukan, kemudian para tim PELITA mengkoordinasi melalui metode pendekatan masyarakat, yakni PAR (participation action riset). Hasil dari itu semua, pembangunan-pembangun infrastruktur di titik kejadian, paling tidak, sedikit banyak membantu kebutuhan korban hingga sejauh ini. Tentu saja, hal tersebut tidak lepas dari peran Yayasan Terang dan Garam Bandung dan kelompok budaya Wayangan Bae, yang mengadakan pengobatan gratis dan hiburan wayang bagi masyarakat setempat yang berpusat di Kalimenir, Eretan Kulon, Indramayu. Agenda ‘pemulihan’ diselenggarakan selama 3 bulan, dari awal Februari hingga akhir April 2014.

Erupsi Gunung Kelud, Kediri.

IMG_0108

Salah satu gejala bencana alam yang mampu diprediksi oleh manusia melalui dukungan kemajuan teknologi adalah Erupsi atau Gunung meletus. Indonesia memiliki sedikitnya 12 gunung yang masih aktif. Sehingga, masuk dalam kawasan cincin api. Salah satu di antaranya adalah Gunung Kelud, yang berada di kabupaten Kediri Jawa Timur. Pada hari kamis tanggal 13 Februari 2014 pukul 23.00, Gunung Kelud meletus, terjadi letupan erupsi yang dampaknya, berupa limpahan Material dan Abu Vulkanik sampai terasa di 4 provinsi: Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Barat.

Sebagaimana diketahui, terjadinya bencana erupsi merupakan salah satu gejolak alam yang cukup membuat skala kerugian dan dampak negatif berkepanjangan. Meskipun kemajuan teknologi masa kini, mampu memprediksi gejala erupsi ini, guna mengantisipasi jatuhnya korban serta kerugian lainnya, namun saat erupsi terjadi tetap saja menyisakan luka, bahkan trauma mendalam. Apapun bentuk dan skala bencana di satu wilayah, yang perlu menjadi perhatian serius adalah masalah “kehilangan”, yang terkait benang merah antara bencana yang satu dengan lainnya.

Sejalan dengan itu, Pemuda Lintas Iman (PELITA) bekerja sama dengan HMJ-TH IAIN Syekh Nurjati Cirebon mengadakan observasi program pemulihan erupsi, Trauma-Healing di Kelud, Kediri selama 1 Minggu, tertanggal 26 Februari- 5 Maret 2014. Tempat Pelaksanaan Program: Desa Kebonrejo Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri (radius 4 KM dari gunung Kelud).




 

 

 

 

Comments Closed

Comments are closed. You will not be able to post a comment in this post.