Energi Dalam Kata

Energi Dalam Kata

sumber foto: pixabay.com

Oleh  : Taufik Fathoni

Kalimat atau kata-kata bukanlah sekedar “tulisan” atau cuma sebentuk “bunyi” jika diucapkan. Ia sesungguhnya memiliki energi yang mampu mempengaruhi psikologi manusia.

Tidak heran jika cuma dengan kata “No” dua orang Jepang, masing-masing Ketua Dewan Direksi Soni Corp. Aki Morita dan anggota Diet yang mewakili LDP Shintaro Ishihara, pernah membuat marah dan tersinggung warga Ameika.

Di AS, Ishihara  sebelumnya memang sudah dikenal sebagai politisi Jepang yang beraliran “ultrakanan”. Dalam kliping koran yang saya baca disebutkan, ia mengidolakan Minora Genda yang merancang serangan kapal induk AS di Pearl Harbor, dan mengagumi novelis ultranasionalis Yukio Mishima yang mati harakiri.

Kata “No” yang bikin marah orang Amerika itu, ia tuangkan dalam buku dari hasil diskusinya dengan Aki Morita dan ditulis bersama Morita. Buku itu berjudul:  Japan That Can Say “No” (Jepang yang Bisa Mengatakan “Tidak”).

Dalam buku tersebut Ishihara antara lain menulis, “Jepang tidak harus tunduk pada ancaman AS. Jepang telah mengusai teknologi yang menjadi kunci kekuatan militer Uni Soviet dan Amerika. Jadi, kalau sewaktu-waktu kita harus mengatakan “tidak” kepada Amerika, katakan saja tidak.”

Bagi orang Amerika, kata “No” yang cuma terdiri dari dua huruf itu mencerminkan kesombongan orang Jepang dan mengundang kemarahan mereka.

Energi dalam kalimat atau kata tidak hanya mampu mengusik psikologi manusia. Tetapi dapat pula  mempengaruhi kualitas air yang berada di dekatnya, jika ia ditulis atau dibacakan. Hal itu telah dibuktikan oleh Dr. Masaru Emoto dari Universitas Yokohama Jepang.

Penelitian yang dilakukannya terhadap air yang berada di sejumlah negara, termasuk Jepang sendiri, menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari kata atau kalimat terhadap kualitas air bersih. Pengaruh tersebut terutama pada pembentukan molekul air. Kata-kata atau kalimat yang baik seperti do’a akan menjadikan molekul air berbentuk kristal hexagonal yang indah, dan berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit. Sedangkan kata atau kalimat yang buruk akan membentuk molekul yang buruk pula.

Adanya kekuatan yang terkandung di dalam kata atau kalimat itu, rupanya sudah pula diketahui bahkan oleh orang-orang zaman dulu, termasuk dalam komunitas masyarakat yang masih primitif. Mantra-mantra dan jimat-jimat berbentuk tulisan tertentu adalah salah satu buktinya.

Dari tarikh para Nabi kita juga mengetahui, kata-kata yang terangkai dalam kalimat do’a dapat dijadikan wasilah untuk ‘merayu’ kehendak Allah agar mengabulkan hajat-hajat yang sedang dibutuhkan.

Dalam kisah Nabi Musa misalnya, berkat do’a yang dipanjatkan lalu terjadi peristiwa yang sangat luar biasa: terbelahnya lautan untuk menyelamatkan Nabi Musa dan para pengikutnya dari kejaran Fir’aun.

Lalu bagaimana dengan kita sendiri, percayakah pada dzikir-dzikir yang akan mendatangkan barokah?

Comments Closed

Comments are closed. You will not be able to post a comment in this post.