
(Pelitanews)
Sabtu, 24-04-2014, Pemuda Lintas Iman Cirebon (PELITA) berkunjung ke Gereja Kristen Indonesia (GKI) Pamitran Cirebon, yang beralamat di jalan Kromong no.1 kota Cirebon. tepatnya di komplek SD Penabur Cirebon. kunjungan tersebut, yang biasa disebut ‘Temu Bulanan Pelita’ merupakan kunjungan ke rumah-rumah ibadah yang ke-21 kalinya. Atas dasar mengusung semangat keberagaman, PELITA hendak mengaskan bahwa kesadaran ‘mengenal saudara kita lebih dekat’ merupakan sesuatu yang niscaya dalam membangun fondasi kerukunan umat beragama di kota Cirebon. tak ayal, dari situlah, darap-langkah membangun Indonesia dari daerah berawal dari cara dan gaya yang paling sederhana.
‘Temu Bulanan’ kali ini berlangsung sejak pukul 17.00-19.oo WIB. Acara tersebut juga dihadiri oleh perwakilan dari GKP Cirebon, Pemuda Muhammadiyah, kawan-kawan ISIF, Unswagati, OMK St. Yusuf, IAIN Syekh Nurjati Cirebon, JAI Manis Lor Kuningan, serta komunitas agama dan kepercayaan lainnya.
“Saya sangat mengapresiasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh PELITA,” kata Pak Adi, selaku ketua remaja GKI Pamitran menyambut-hangat kedatangan ‘Temu Bulanan’ tersebut. “Dengan kunjungan ini, yang memang pertama kali di GKI Pamitraan sendiri, semoga teman-teman remaja di GKI Pamitran, terutama sekali, bisa ikut bergabung dengan agenda-agenda PELITA nantinya ke depan.” Tuturnya lanjut.
Di susul kemudian, Bapak Pendeta Sugeng, yang juga pemuka agama Kristiani dari GKI Pamitran memberikan selayang-pandang tentang GKI Pamitran, baik dari sejarah, kepengurusan dan juga kegiatan-kegiatannya. Kemudian beliau langsung memimpin doa pembuka, demi kesuksesan, kebahagiaan dan juga keberlangsungan acara agar mendapatkan manfaat bagi banyak orang.
Adzan Maghrib Berkumandang
Kang Nasikin, sebagai ketua Departemen Program ‘Temu Bulanan’ sejak awal memang agak sedikit gelisah lagi kewalahan. Pasalnya, ‘temu bulanan PELITA’ yang biasa diselenggarakan pada pukul 19.oo Wib atau pukul 15.00 Wib, tapi pada kesempatan kali ini dimulai pada pukul 5 sore. Sebab, di waktu tersebut menjelang waktu sholat Maghrib.
‘saya mewakili Mas Devida, pada kesempatan kali ini, meminta maap yang sebesar-besarnya, karena beliau tidak bisa hadir di forum ini. karena masih berada di Papua dalam agenda Temu organisasi Lintas Iman se-Nusantara. Juga atas kekurangan, baik yang bersifat teknis ataupun mekanis pada acara ini. intinya, dari ‘Temu Bulanan’ ini bisa dilanjutkan dengan kemesraan tegur-sapa di jalan. Begitu ungkap nasikin kepada forum hadirin.
Gelak-tawa tak terpemanai. Keadaan tiba-tiba ramai, dibarengi senda-gurau yang menggelitik saat seorang Ibu muda, yang juga pengurus di GKI Pamitran, bercerita tentang nostalgia. Ia pernah mengalami ban bocor di Jalan Majasem. Dan yang menolongnya adalah teman-teman PELITA. “begitulah enaknya kenal banyak orang,” tuturnya
Selepas itu, adzan maghrib berkumandang. segurat kegelisahan yang tampak di wajah teman-teman PELITA tak bisa disembunyikan. Sebab, letak musholla cukup jauh dari lokasi GKI Pamitran sendiri. Apa mau sholat di gereja ya? Tapi kenyataan berbicara lain. Sedari awal, ternyata dari Pengurus GKI Pamitran mempersilahkan teman-teman PELITA untuk menjalankan kewajiban sholat Maghrib di mushola terdekat. dan ternyata dari tuan rumah sendiri sudah menyiapkan ruangan khusus di bilik Gereja (ruang pertemuan) untuk melakukan ibadah sholat Maghrib bagi teman-teman PELITA yang beragama Muslim. Akhirnya, acara ditutup sementara: umat Muslim menjalankan ibadah Sholat Maghrib. Sekitar 15 menit, kemudian acara dilanjutkan kembali.
GKI Pamitran ternyata punya visi-misi yang komperehensi berkenaan dengan nilai-nilai humanisme, pluralisme dan juga toleransi. Di antaranya, menurut penuturan Bapak Ubrodiyanto selaku Kepala sekolah SMA Penabur, yakni kemarin saja khotbah di Gereja mengajak agar para jemaatnya bisa berhubungan dan bersahabat baik dengan sesama warga Negara. Hal itu sudah dilakukan beberapa waktu yang lalu melalui aksi-aksi sosial-kemasyarakatan di sekitaran komplek jalan Kromong sendiri
‘Temu Bulanan’ di GKI Pamitraan selain menghadirkan gelakan-tawa dan juga pengetahuan yang baru bagi potret keberagaman di Cirebon, senyatanya juga membuat arti perdamaian dan toleransi kian menubuh. Apalagi dalam penutup acara, Jihan Fairuz (pengurus Departemen Program Parelegal PELITA), membuat kejutan, yakni membuat permainan, yang memang kebanyakan peserta berusia remaja. Senyuman damai terajut sampai ke gerbang pintu sekolah: bahwa kita semua memang tidak ‘sepengakuan’, tapi ‘sepengertian’, bukan?
(by. sandriyanie)
Comments Closed