Sepenggal Cerita Tentang Perbedaan

Sepenggal Cerita Tentang Perbedaan

Oleh: Fina Idamatus Silmi

Hidup berdampingan, dengan penuh keharmonisan adalah dambaan semua orang. Kita dilahirkan ke dunia dengan mengemban misi penting dalam kemanusiaan. ruang-ruang belajar seperti yang saya praktikkan di PELITA. Ketika saya mulai bergiat-aktif di PELITA ini, saya belajar banyak hal tentang makna perbedaan. menghargai perbedaan adalah sesuatu kerja budaya. misalnya saja, kemarin saya diajak untuk menghadiri perayaan Imlek di vihara Welas Asih Cirebon bersama teman-teman PELITA. Di sana saya melihat beberapa beberapa etnis suku jawa, suku tionghoa dan beberapa orang dari agama lain. Saya sangat senang ketika saya melihat orang yang belum saya kenal yang berasal dari latar belakang Suku, dan kita berbaur menjadi satu. Itulah kebahagiaan, saya bisa mengenal mereka, berbincang dengan mereka.

Selama ini ada beberapa stigma negatif tentang masalah politik, ekonomi, dan lain sebagainya. Akan tetapi setelah saya mengenal mereka, ternyata mereka juga sama ingin mengenal kita. Di tionghoa pun sama halnya seperti etnis sunda. Etnis sunda itu ada yang kristen, muslim, ada sunda wiwitan. Di malam detik-detik pergantian tahun baru imlek ini, ratusan umat budha yang kebanyakan warga tionghoa ini mendatangi Vihara welas asih untuk melakukan sembahyang dan doa.

demikian juga, berdialog secara mendalam dengan para Tokoh Agama, baik dari Agama Budha dan Thinghoa. Bersama Romo Junawi, kami diajakan berkeliling untuk mengenal satu persatu sudut altar di Vihara. Di tengah-sibuk sibuk hilir-mudik dan padatnya kegiatan Imlek, beliau antusias membimbing kami. Penuh kesabaran. begitu pun dengan Pak Tedi, tokoh Khonghucu, yang banyak menjelaskan soal kehidupan di Klenteng Talang. Betapa pelajaran yang begitu berharga.

Akhirnya, menurut sudut pandang saya imlek ini menitikberatkan kepada ajang silaturahmi sesama warga Tionghoa tanpa membedakan agama baik Buddha, Kristen, Islam, maupun dengan komponen masyarakat lain. Sehingga kita dapat saling mengenal, membangun masyarakat yang harmonis dan dapat menciptakan kedamaian di kota Cirebon.

Oleh sebab itu saya sebagai bagian dari bangsa Indonesia sangat bangga melihat keragaman suku budaya agama yang ada. Indonesia seperti perpaduan warna-warna yang begitu indah.  Perbedaan itu bukan untuk kita bertindak membenci mereka yang berbeda suku, etnis, agama dan budaya. Tuhan menciptakan alam dan seisinya agar kita saling berdampingan, saling melengkapi. Dan itu adalah keindahan yang luar biasa.

*Penulis Anggota Pengurus di Bidang Riset PELITA, masih belajar sebagai mahasiswa di STID Al-biruni Cirebon.

Comments Closed

Comments are closed. You will not be able to post a comment in this post.