Remaja GKI Klasis Cirebon Belajar di Pesantren

Remaja GKI Klasis Cirebon Belajar di Pesantren

Keterangan gambar: K.H Amin Fuad bercengkrama dengan Anak Kateksasi GKI  Pamitra Cirebon dan GKI Jatibara (dokumentasi by: 31/02/17, Helmi)

PelitaPerdamaian-Hari Pertama (Jumat, 31 Maret 2017). Matahari bersinar teduh ketika rombongan dari Gereja Kristen Indonesia (GKI) Klasis Cirebon menempuh perjalanan ke Desa Babakan Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon. Butuh waktu sekira satu jam perjalanan menggunakan jalur angkutan umum dari kantor gereja Pamitran, di pusat kota Cirebon. Keteduhan suasana di siang itu, seolah mengisyaratkan keceriaan yang dibawa oleh rombongan di dalam mobil: anak-anak katekisasi GKI pamitran dan remaja GKI Jatibarang bakal ‘nyantri’ di salah satu Pesantren yang terdapat di Desa Babakan.

Katekisasi merupakan masa seorang umat kristiani mendapat bimbingan dan pembinaan tentang kekristenan oleh pemimpin agama (pendeta), sedangkan ‘nyantri’ merupakan istilah yang masyhur disematkan kepada pelajar yang tinggal dan belajar tentang keislaman secara mendalam di pondok pesantren. Sebuah tempat, yang menurut cerita sejarah, lahir ketika masa Walisanga menyebarkan agama Islam pertama kali di Nusantara.

Di waktu yang sama, pada sebuah pelataran pesantren Bapenpori (balai pendidikan pondok putri), para santri usai melaksanakan ibadah sholat. Hari itu, Jumat, 31 Maret 2017, di bilik pesantren para santri langsung bergegas ke aula musola, tempat di mana keceriaan serta kebersamaan antara para santri dan siswa katekisasi tumbuh selama tiga hari ke depan.

IMG_9630

Suasana Pembukaan Pesantren http://cialisfrance24.com Lintas Iman, dok: Helmi

Sesi pembukaan diawali dengan sambutan dari pengasuh pesantren, K.H Amin Fuad, yang dengan bernas menyajikan bagaimana alasan mendasar pesantren yang dinaunginya itu menerima kedatangan anak muda Kristiani. IMG_9621

“Kami memiliki alasan tersendiri, yang dari awal sudah diniati, menyambut adik-adik belajar di sini (pesantren) karena ingin menunjukkan bahwa pelajaran pertama-tama seorang santri adalah akhlak (budi pekerti). Akhlak yang baik adalah menerima setiap perbedaan sebagai suatu anugerah dari Allah swt,” ujar Kyia Amin. Sembari ia meneruskan sambutannya tersebut dengan bekal pengetahuan bagi anak-anak muda Kristiani tentang latar kebangunan dan perkembangan pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon dari Ki Jatira, sekitar tahun 1700-an silam.

Duduk bersila di samping Kyia Amin, seorang pendeta muda yang membawa inisiatif dan dukungan penuh bagi anak muda kateksasi pamitran belajar ke pesantren, yakni Pendeta Kukuh Aji. Membalas sambutan Kyia Amin, pendeta Kukuh memperkenalkan peserta didik di gerejanya, bahwa mereka merupakan anak muda pamitran yang sudah mengikuti kelas kateksisa, dan di akhir masa studinya di kelas kateksasi mereka dibawa ke pesantren, untuk belajar keislaman.

Setelah sesi sambutan dan pembukaan berlangsung, diteruskan dengan materi tentang Fikih yang dipelajari oleh santri di pesantren. Materi Fikih disampaikan oleh Nyai Hj. Afwah Mumtazah, pengasuh pesantren Kempek, sekaligus Rektor Institut Studi Agama Islam Fahmina (ISIF Cirebon). Fikih merupakan perangkat hukum-hukum dalam agama Islam, yang mengatur bagaimana seorang muslim menjaga dan menjalankan perintah agama. Yang menarik, penjelasan Fikih oleh Nyai Afwah berkenaan dengan kehidupan anak muda dalam konteks kebangsaan dan keindonesiaan. (Sandriyanie)

Comments Closed

Comments are closed. You will not be able to post a comment in this post.