
Oleh : Yohanes Aldo Lampus*
Religiusitas di kalangan remaja dan dewasa muda merupakan hal yang sangat penting Data-data yang baru, utamanya dari studi di Amerika telah membantu para ahli dalam memetakan “jalan” religiusitas remaja dan dewasa muda serta menjalaskan pengaruh yang dapat merubah arah dari religiusitas tersebut.
Study NSYR( National Longitudinal Study Of Adolescent Health and the National Longitudinal Survey of Youth) didasarkan pada satu kelompok pemuda yang bersama lebih dari beberapa tahun menemukan bahwa “kebanyakan kalangan muda saat beranjak dewasa cenderung tidak berubah dalam jenis orang religius atau tidak religius dibandingkan saat mereka remaja”.
Mereka menemukan bahwa kecenderungan remaja pada saat dewasa mereka akan sedikit kurang religius. Data Amerika yang lain menemukan bahwa beberapa pengalaman kalangan muda adalah penolakan – cepat, lambat atau bertahap sepanjang masa remaja – kalangan muda tidak sering berpartisipasi dan menghadiri hal-hal keagamaan. Faktor sosial dan budaya apa yang menjalaslan pola ini?
Dalam hal ini Smith and Snell berpendapat “kurangnya pengawasan orang tua… ikatan keagamaan ditambah pandangan ekstreme mengenai agama bukanlah suatu yang penting dalam kehidupan seseorang. Uecker serta ahli lain menggunakan data dari US Add Health Study, mengidentifikasi beberapa sumber penolakan agama pada masa remaja, yaitu hubungan seksual, penggunaan alcohol dan marijuana. Pada studi yang lain Uecker dan Regnerus melaporkan penurunan religiusitas terbesar disebabkan oleh kepribadian, kelakuan dan keluarga, bahkan pendidikan di perguruan tinggi ikut memberikan sumbangsih gangguan iman keagamaan.
Smith and Snell menggambarkan tiga gelombang dari data NSYR untuk mencari sumber kalangan remaja dan dewasa muda dapat memelihara komitmen religius mereka. Ia menemukan beberapa faktor yaitu model relasi keagamaan(Orangtua, pemberi perhatian), faktor pribadi(mempunyai pengalaman religius) dan Praktik personal Iman(Doa).
Bagaimana Peningkatan besar dalam praktik keagamaan masa remaja dan dewasa muda?
Petss mengidentifikasi hal ini dan menemukan bahwa hal ini bisa terjadi bila seseorang atau kelompok mempunyai dasar keagamaan. Orang seperti ini menikah dengan pasangan yang religius and pengalaman bersama dapat meningkatkan partisipasi keagamaan. Faktor yang lain diungkapkan oleh Trinatapoli dan Vaisey adalah perjalanan religius(mungkin ret-ret atau event religius lainnya), singleton juga sependapat dengan mereka karena berdasarkan pengalamannya dalam berpartisipasi dalam satu acara yang diselenggarakan Catholic World Youth Day, ia melihat setelah penyelenggaraan acara ini maka jemaat(pemuda) semakin sering hadir dalam ibadah gereja
Konsekuensi dari religiusitas
Pada bab 1, penulis memikirkan beberapa dampak dari iman religius yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari, karena penelitian telah menunjukan bahwa agama berpengaruh dalam hal moralitas. Studi-studi yang dilakukan terhadap para remaja dan dewasa muda di Australia dan Amerika telah berpikiran penggabungan antara religiusitas dan kehidupan yang akan datang, Lembaga Spirit Of Generation Y meneliti bahwa remaja yang aktif dalam kegiatan keagamaan lebih peduli dan lebih aktif dalam kegiatan komunitas dibandingkan yang tidak dalam kegiatan keagamaan. Namun agama juga mendapat Kritik karena menurut Christopher Hitchens dan Richard Dawkins, agama adalah sumber inspirasi kekerasan, ekstremisme dan sektarianisme sehingga mereka berpendapat bahwa mereka lebih baik tidak beragama.
Refleksi:
Sebagai Bangsa yang berlandaskan Pancasila dan bangsa yang terkenal akan keramah-tamahannya. Maka tugas kita sebagai generasi penerus bangsa adalah menjaga perdamaian serta persatuan bangsa Indonesia, namun tugas tersebut tidak mungkin kita laksanakan sendiri karena dibutuhkan juga peran serta pemerintah, orang tua serta dari para tokoh masyarakat untuk mengusahakan hal itu. Pemerintah sebagai wakil dari rakyat haruslah membuat kebijakan yang menjunjung tinggi persamaan hak untuk setiap golongan, sedangkan orang tua harus mendidik anak-anak dengan pendidikan yang berdasarkan pendidikan kemajemukan dan pluralitas sehingga terciptalah generasi yang cintai damai dan mau untuk hidup berdampingan bersama-sama dan tokoh masyarakat berperan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk kehidupan bersama sehingga para generasi penerus dapat bertumbuh dengan baik dan meneruskan hal ini.
*Adalah, Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta.
Comments Closed