Ramadhan dan Anti Hoax

Ramadhan dan Anti Hoax

Oleh: Hasyim Al-Habsyi 

Marhaban ya ramadhan. Sabtu 27 mei 2017 menjadi hari yang cukup menyita perhatian kita khususnya bagi kaum Muslimin. Karena telah di sepakati bahwa 1 ramadhan jatuh di tanggal tersebut. Tahun ini hampir seluruh kaum muslimin dari setiap ormas keagamaan sepakat untuk memulai puasa di tanggal dan hari yang sama.

Ramadhan menjadi salah satu bulan yang disakralkan oleh kaum muslimin karena menurut beberapa riwayat bulan ramdahan adalah bulanya Allah SWT. Dan menurut Alquran sendiri bulan Ramadhan adalah bulan dimana diturunkannya Alqur’an, tepat pada malam Lailatul Qadar, yang darinya kita mengetahui, ada hari yang lebih baik dari seribu bulan. sebagaimana firman Allah dalam surat Al-qodr  yang berbunyi :

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ

“Malam Laylatul qodr lebih baik dari seeribu bulan”

Bulan rahmat dan kondisi bangsa

Rahmat berasal dari kosa kata bahasa arab yang bisa berarti belas kasih, karunia, berkat. Asal kata Rahmat sama dengan asal kata Rohim. Menurut cak nun dalam salah satu ceramahnya, menjelaskan makna dari rohim ialah sebagaimana rohimnya seorang ibu kepada anaknya, artinya kasih sayang yang terus menerus tercurah, perhatian, belaian kepada anaknya. Dan jika kita menggunakan makna ini dalam mengartikan rahmat maka jelas bahwa allah akan selalu mengasihi, menyayangi makhluknya.

Di tengah tengah curahan rahmat dari Allah pada manusia, di waktu yang bersamaan kondisi bangsa kita hari ini sedang dirongrong dengan krisis persatuan. Luka yang membekas di tubuh ibu pertiwi akibat konflik politik beberapa bulan lalu masih membekas sampai hari ini. Ketegangan antar kelompok atau bahkan antar individu masih belom terobati. Isu sekterian masih terus mengalir di tengah kedamaian bangsa ini.

Untuk itulah, seharusnya datangnya bulan suci ramadhan membawa angin segar bagi bangsa ini, bahwa semua ketegangan dan kecurigaan antar masyarakat yang berbeda keyakinan menjadi cair. Ego dan nafsu sudah harus dibuang jauh jauh dari bangsa ini. Puasa bukan hanya sebagai ajang menahan haus dan lapar tapi sebagaimana esensi dari puasa itu sendiri ialah menahan nafsu dan ego.

Jika di bulan ini curahan rahmat lebih banyak tercurahkan, maka seharusnya sikap dan kelakuan kita lebih bermoral dan beradab, bukan ketika ramadhan datang aksi aksi pembubaran dengan cara kekerasan (sweeping) malah semakin marak dilakukan.

Berbohong membatalkan puasa

Menjalankan ibadah Puasa akan berdampak pada kebaikan jiwa dan raga. Tentu kebaikan tersebut akan didapat bila puasa dilakukan dengan benar sesuai syariat yang ada. Apakah berbohong bisa menggugurkan kebaikan dari puasa? Tentu iya,secara syariat itu melanggar aturan Allah, secara sosial akan berdampak pada  berlurangya kepercayaan orang lain terhadap kita.

Di dalam syariat Islam sangat tegas Allah melarang hambanya untuk berbohong, dan ketika berpuasa berbohong menjadi hal-hal yang bisa membatalkan puasa. Dalam konteks hari ini berbohong bukan hanya dipahami secara verbal, tapi menyebarkan berita hoax termasuk hal yang bisa membatalkan puasa.

Di era digital saat ini, ada kecanduan dalam bermedsos, bahkan yang kita rasakan ketika sehari saja tidak mengakses media sosial merasa gelisah. Hal inilah yang membuat penyebaran informasi dan berita secara massif dan terus menerus dilancarkan.

Menurut saya salah satu akar permasalahan dari konflik berbau SARA (Konfilk identitas, agama dan ras-red) ialah derasnya informasi hoax yang tersebar melalui media sosial. Kurangnya kedewasaan serta penyaringan dari pengguna media sosial membuat kondisi bangsa ini semakin kacau.

Hoax telah menjadi wabah nasional yang menyebabkan perpecahan, instabilitas politik, serta gangguan keamanan nasional. Berita hoax sengaja dibuat untuk mempengaruhi opini public dalam memandang suatu hal. Hoax lebih dominan pada isu isu politik dan SARA Bayangkan jika berita berita hoax menjadi konsumsi kita sehari hari, maka kekacauan akan terus menjamur di negeri ini. Lantas bagaimana penyelesaiannya?

Tentu setiap elemen dari bangsa ini harus bekerjasama memerangi hoax, beberapa hal yang perlu dilakukan, pertama, Kesadaraan akan perlunya kedewasaan dalam bermedsos, kedua, Mengenali mana berita asli dan mana berita hoax. Ketiga, Perlu ada regulasi yang tegas dari pemerintah dalam menanggulangi hoax, keempat, Wawasan akan internet positive, kelima, Peningkatan literasi dan sosialisasi anti hoax dari pemenrintah maupun masyarakat dalam hal ini ormas. Sebagaimana esensi dari puasa ialah menahan nafsu dan ego, maka kesatuan dan persatuan bangsa ini akan tercapai bilamana puasa menjadi madrasah (sekolah) bersama untuk instrospeksi diri atau ngaji rasa.

Jika momen yang penuh berkah ini tidak bisa mebawa perubahan menuju kepada keadaan yang lebih baik untuk diri sendiri dan bangsa ini, maka kapan lagi? Kita manfaatkan dengan baik keutamaan bulan ramadhan ini untuk saling menebar kebaikan, bukan saling mencaci maki serta yang tidak kalah pentingya ialah  menjaga keutuhan Negara kesatuan republik indonesia.


(Penulis adalah Mahasiswa IKMI Cirebon, menjabat sebagai Kordinator Program Riset dan Avdokasi Pelita Perdamaian)

keterangan gambar: tankiforum

 

 

Comments Closed

Comments are closed. You will not be able to post a comment in this post.