Puasa sebagai Kebutuhan Sepanjang Hayat

Puasa sebagai Kebutuhan Sepanjang Hayat

Oleh : Yohanes Muryadi

Bagi orang yang sudah terbiasa melakukan puasa, baik wajib maupun sunah, akan mengatakan bahwa berpuasa itu sangat bermanfaat, bagi kesehatan badan maupun  jiwa. Puncak kebahagiaannya adalah ia boleh semakin takwa. Maka setiap ada kesempatan untuk berpuasa, ia  akan meyambutnya  dengan gembira. Puasa bagi mereka bukan lagi sebagai kewajiban tetapi kebutuhan.

Tradisi Puasa Agama-Agama

Setiap hari Sabtu, kami para lansia, usia 60 tahun ke atas, berenam dari bermacam agama, ada yang beragama Islam, Katolik, Budha dan Kristen, berkumpul  untuk sharing pengalaman hidup. Tujuan kami adalah menggali spiritualitas dan menerapkannya dalam hidup sehari-hari sehingga hidup kami semakin bermutu, berkenan pada Tuhan dan bermartabat. Kami tidak membandingkan ajaran agama yang satu degan yang lain,  tetapi menggali pengalaman hidup  dan memaknainya sebagai pendidikan spiritual. Puncak permenungan kami adalah ucapan syukur kepada Tuhan, sebab Tuhan itu Maha Baik, Maha Murah, Maha Penolong, dan Pengampun. Buah sharing kami adalah,  kami semakin bersandar pada Tuhan, sehingga kami lebih damai.

Di saat bulan puasa ini kami sharing tentang pengalaman berpuasa berdasarkan  agama masing-masing. Setelah kami saling membeberkan pengalaman kami,  kami mendapatkan pengetahuan  bahwa sejak zaman dulu, zaman para Nabi, tradisi berpuasa itu ada di setiap agama  dengan cara yang mungkin berbeda. Contohnya Sang Budha, Nabi Daud, Nabi Musa, Nabi Muhammad, dan Nabi Isa semuanya berpuasa. Bahkan zaman dulu ada tradisi pergi ke padang gurun atau goa untuk bertapa tanpa makan dan minum sampai beberapa hari atau minggu.

Dalam dunia pewayangan, para tokoh yang sakti,  yaitu para ksatria dan para pandita yang suci hatinya, yang biasa  menjadi tempat bertanya bagi banyak orang adalah tokoh yang biasa bertapa. Bahkan para pandita banyak yang sepanjang hidupnya tinggal di pertapaan, untuk bertapa, bermatiraga, berdoa,  mendekatkan diri pada dewa ( Tuhan)  dengan banyak cantrik ( santri) yang berguru padanya. Ia menjadi sumber ilmu, guru sejati, tempat bertanya. Mereka  bagaikan air bening,  untuk diminum bagi yang haus dahaga.

 Tujuan Puasa

Puasa yang dilakukan tidak hanya dengan tidak makan dan minum di siang hari, tetapi juga pengendalian diri dari segala keinginan, niat, nafsu yang kurang baik, diarahkan kepada niat dan tindakan yang baik itu, bertujuan untuk meningkatkan ketakwaannya kepada Tuhan. Ketakwaan kepada Tuhan itu ,  akan kelihatan pada buah-buahnya yaitu segala pikiran, perkataan, dan perbuatan yang baik, yang positif, yang berkenan pada Tuhan serta bermanfaat bagi sesamanya.

Buah-buah puasa, yang dihasilkan dari   ketakwaannya kepada  Tuhan tadi,  selain dirasakan oleh orang tersebut juga dirasakan oleh keluarganya, dan setiap orang yang dijumpainya. Orang yang takwa itu akan   menjadi pembawa kasih bila terjadi kebencian, pembawa terang bila terjadi kegelapan, pembawa kepastian jika terjadi kebimbangan , pembawa kebenaran jika terjadi kesesatan, pembawa kegembiraan jika terjadi  kesedihan, dan semua pengaruh yang baik bagi masyarakat. Hal ini berlaku bagi setiap orang apapun agamanya. Orang yang biasa berpuasa, sehingga  hidupnya semakin takwa, bagaikan oase di padang gurun di tengah masyarakat yang haus karena sifat   materialistis ini.

Puasa; Kebutuhan Sepanjang Hayat

Seperti tersebut di atas, tujuan berpuasa adalah ketakwaan kepada Tuhan, yaitu hidup yang terarah pada Tuhan, hidup dijalan kebenaran. Takwa bisa diartikan semakin menyatunya manusia dengan Tuhan yang Maha Baik. Kesatuan, kedekatan dengan Tuhan itu, hanya dapat dicapai dengan cara hidup yang baik, cara hidup yang berkenan pada Tuhan, bermanfaat bagi sesamanya.

Ketakwaan kepada Tuhan itu tidak hanya ingin dihayati sehari dua hari, beberapa bulan, atau beberapa tahun tetapi sepanjang hayat. Setiap orang ingin agar sepanjang hidupnya takwa kepada Tuhan, sehingga ia merasakan hidup bahagia di dunia dan akhirat. Di dalam dunia kebatinan ada istilah “ tapa ngrame” yang arti harafiahnya adalah bertapa di dunia ramai,  sedangkan makna sesungguhnya adalah melakukan kebaikan di manapun ia berada. Jika ia petani, ia menjadi petani yang baik, jika ia pengajar, ia menjadi pengajar yang baik, jika ia pejbat, ia menjadi pejabat yang baik, dan puncaknya adalah ia insan yang baik, sufi,  di hadapan Tuhan.

Oleh karena ketakwaan itu ingin kita hayati seumur hidup, maka puasa yang menghasilkan ketakwaan hendaknya juga kita lakukan seumur hidup. Adapun puasa yang saya maksud yang harus kita lakukan di zaman ini adalah Pertama, hidup sederhana, hidup wajar, menyadari bahwa harta yang dimiliki sebagai titipan Tuhan, menjadi alat menuju Tuhan. Harta bukan sebagai tujuan tetapi menjadi jembatan kepada Tuhan. Hidup sederhana adalah hidup lepas dari kemelekatan. Hidup sederhana tidak sama dengan miskin, tetapi selalu bisa berkata “ Cukup” dan “ Terima Kasih”.

Puasa yang kedua adalah Hidup Jujur. Dengan cara hidup sederhana dan jujur, kita akan terlepas dari tindakan yang haram yaitu korupsi, yang telah mengantarkan banyak orang kejurang kehancuran dan bui, yang tak seorang pun menghendakinya. Hidup jujur adalah hidup yang halal, yang membawa kedamaian, ketenangan, dan keselamatan, taat pada hukum Agama maupun hukum Negara.

Ketiga, puasa di zaman ini adalah sikap bela-rasa, yaitu sikap peduli kepada sesamanya. Orang bijak mengatakan bahwa jika semua orang berbela-rasa kepada sesamanya, maka semua orang akan berkecukupan, akan makmur. Sebaliknya jika semua orang serakah, maka semua orang akan berkekurangan, bahkan semua orang akan menjadi miskin, karena merasa kurang terus.

Keempat, puasa yang tanpa mengeluarkan beaya, tetapi  tidak gampang  yaitu mencintai dan menghormati martabat manusia. Dunia sekarang ini semakin gersang, bukan hanya kerena lingkungan yang semakin rusak, tetapi lebih-lebih karena tak ada kasih antar manusia. Manusia terhadap manusia yang lain dianggap sebagai saingan, bahkan musuh karena menghalangi cita-citanya, maka sikap saling membenci semakin terasa. Dunia akan terasa nyaman untuk dihuni jika penghuninya hidup saling mengasihi. Inilah yang harus kita wujudkan bersama.

Kesimpulan

Dari uraian di atas dari di tarik  kesimpulan sebagai berikut:

Tradisi berpuasa adalah ungkapan syukur yang luhur, yang sudah ada sejak zaman dahulu, yang biasa dilakukan oleh para Nabi, yang dilakukan oleh umat semua agama, dengan tujuan agar hidupnya semakin takwa kepada Tuhan, yaitu hidup terarah pada Tuhan, semakin menyatu dengan Tuhan. Kedekatan pada Tuhan itu hanya bisa diraih dengan jalan kebaikan.

Ketakwaan kepada Tuhan itu ingin kita hayati sepanjang hayat. Dengan demikian, kita juga harus berpuasa sepanjang hayat. Adapun puasa sepanjang hayat yang saya maksud  adalah  Hidup sederhana, terlepas dari kemelekatan, hidup jujur, segala hal yang kita lakukan harus halal, berbela rasa kepada sesama dan hormat kepada martabat manusia, serta segala kebaikan yang lain.

         Selamat melaksanakan ibadah puasa. Semoga  Kita Semakin Takwa.

_________________

* Penulis adalah Pendeta Katholik Bunda Maria. menjabat sebagai anggota FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Kota Cirebon dan aktif di dewan Pembina PELITA

 sumber gambar: cikampek-cyber4rt.blogspot.com

 

Comments Closed

Comments are closed. You will not be able to post a comment in this post.