Pertemuan Bulanan ke-36 di Pesantren Kempek Cirebon

Pertemuan Bulanan ke-36 di Pesantren Kempek Cirebon

INSTITUSI PESANTREN sebagai basis pembelajaran dan produksi pengetahuan khazanah keilmuan Islam punya peran strategis dalam menyuarakan nilai-nilai perdamaian. PELITA berkesempatan mengunjungi dan bersilaturahmi dengan dunia pesantren yang berada di kawasan Gempol, Palimanan, Kabupaten Cirebon, melalui pertemuan bulanan, pada Kamis, 14 Januari 2016, pukul 15.00-17.00 WIB, bertempat di Pesantren Khatulistiwa.

Lantunan salawat Nabi yang didendangkan oleh Grup Rebanan Santri Nahdlatul Ummat, dimulai saat pembukaan pertemuan. Hadir di antaranya pada pertemuan kali ini: komunitas Ahmadiyah (JAI), GBI Arjawinangun (koordinator anak muda dan pendeta), GKI jamblang, Persatuan gereja-gereja, GBI PPl Asri, Pesantren Kempek, Pengurus PELITA, pengurus Ponpes Aisyah kempek, Perwakilan Nahdhatus Shahab, Santri KH Nawawi, Pesantren Jambu babakan-Ciwaringin.

Saat sesi refleksi bersama, Nyai Afwah, selaku tuan rumah, bercerita tentang latar kesejarahan Pesantren Kempek. Ia menuturkan, “Pesantren kempek didirikan oleh kyai Harun yang belajar di Majalengka, yang kemudian diambil menantu oleh Kyai Abdul Djalil dari kedongdong. Pernah terjadi perang kedongdong. Nyai Mutimah dan Mbah yayi harun memiliki keterikatan darah dengan Lontang Jaya.”

Dari sisi pembelajaran Pesantren punya dua kategori, yakni salafi dan khalafi. Salafi itu membelajari kitab klasik sistem yang menggunakan wetonan, sorogan dan hafalan. Sedangkan khalafi itu yang ada sekolah di pesantrennya. Corak salafi lebih mendalami gramatikal arab.

Syarif Usman, yang juga tuan rumah kali ini menjelaskan perihal kerjasama Pesantren kempek dengan masyarakat, kerjasama antar umat beragama seperti apa. Awal lahirnya khatulistiwa, tapi saat itu mengadakan kerjasama Lion Club dengan ibu Moreni dalam bidang kesehatan. Dengan rotari dalam perbaikan rumah. Saat hubungan dengan yang lain dulu pernah romantis namun hari ini belum ada lanjutan dari kerjasama lagi.

Di sela-sela refleksi, Herdi dari Ahmadiyah Indramayu, berseloroh akan ketertarikannya belajar di Pesantren, utamanya yang berkaitan dengan Gramatikal Arab dan Kitab Kuning yang dipelajari di Pesantren. Begitupun dengan Yohanes dari GKI Jamblang mengatakan hal yang sama, bahwa pihaknya ingin belajar lebih luas lagi tentang Pesantren. “Pertemuan bulanan ini jadi ajang pintu masuk pembelajaran antar agama, antar komunitas dan antar budaya yang berbeda.”

Pada sesi penutup Nyai Afwah berpesan perjuangan teman-temab PELITA, karena oia juga terlintas mengenai adanya “komunitas santri lintas agama” pernah tadi dikatakan bahwa paemahaman yang salah ini dapat terbuka. Adanya pelita menjadi mediator akan adanya itu. Boleh-boleh saja belajar islam tanpa mengubah keyakinan. Dan kami pun ingin mengenal mereka. Acara ditutup dengan doa bersama yang khusus ditujukan pada hari ini, di tempat yang berbeda, telah terjadi tindak teror Bom di Thamrin, Jakarta. (Dept. Bulanan)

IMG_20160114_165513

Comments Closed

Comments are closed. You will not be able to post a comment in this post.