
6 November 2015. Pada sore hari, saat mentari telah terbenam dan langit redup karena cuaca mendung. Tentu hal ini tidak menghalangi orang-orang yang hendak berdatangan dalam acara “pertemuan bulanan pelita”. Pertemuan bulanan kali ini bertempat di SMA Santa Maria Cirebon. Disambut dengan senyum manis biarawati yang mengarahkan setiap peserta menuju tempat pertemuan.
Pertemuan bulanan pelita kali ini berbeda dengan yang sebelumnya. Selain sharing pengalaman dengan Biarawati di Santa Maria, pertemuan bulanan kali ini juga melaksanakan Penetapan Kepengurusan Baru Masa Bakti 2015-2018 dan Merayakan HUT Pelita yang ke-4. Ketua umum baru, koordinator divisi baru dan angggota baru. Tentu semangat baru untuk terus melanjutkan visi misi pelita untuk tetap menyuarakan perdamaian di negeri tercinta.
Acara dimulai pada pukul 18.30 dengan hangat dan khidmat. Haryono selaku koordinator bulanan yang baru menjabat, dan pada acara ini ia menyampaikan sambutan pertamanya, beribu terimakasih disampaikan untuk para hadirin dan tuan rumah serta kerjasama dari pengurus pelita perdamaian. Pesan perdamaian senantiasa terus-menerus disuarakan, dengan demikian mestinya saling mendukung satu sama lain, sebuah proses tanpa akhir.
Acara yang pertama adalah Penetapan Kepengurusan Baru Pelita Masa Bakti 2015-2018, Abdurrahman Wahid sebagai ketua terpilih telah menerima SK dari Komisi Pemilihan Raya (KPR), artinya ia sudah sah menjadi ketua umum pelita cirebon masa bakti 2015-2018. Prosesi foto bersama pengurus Pelita sebagai dokumentasi dan pelengkap acara penetapan kepengurusan.
Menginjak acara selanjutnya yaitu mengenal lebih dekat, sharing pengalaman dengan biarawati, penjelasan demi penjelasan mengenai pengalaman spiritualnya dan juga menceritakan sekilas mengenai Gereja Santa Maria. Perjuangan mendirikan gereja dan segala perijinan yang sempat tersendat.
Sharing yang disampaikan oleh biarawati pun mengundang beberapa pertanyaan dari peserta pertemuan bulanan. Diantaranya menanyakan tentang apa alasan seorang biarawati tidak menikah? Dan biarawati menjawab dengan nada lembut penuh kharisma, bahwa setiap nafas hidupnya ingin mengabdikan diri kepada umat. Maka dari itu ia tidak menikah karena takut pikirannya terbagi.
Setelah sharing selesai, kemudian berlanjut acara terakhir yaitu syukuran Hari Ulang Tahun Pelita yang keempat dalam mengelola perdamaian. Diawali dengan sambutan KH. Marzuki Wahid selaku pembina Pelita, ia menyampaikan beberapa petuah untuk kemajuan Pelita dan juga ia menyampaikan sumpah pelita. Ia meminta untuk semua hadirin berdiri dan bersama-sama menyatakan Sumpah Pelita.
Sumpah Pelita itu berbunyi:
- Kami pemuda-pemudi Pelita mengaku bertumpah darah satu, tanah yang rindu akan perdamaian.
- Kami pemuda-pemudiPelita mengaku berbangsa satu bangsa yang gandrung akan keadilan.
- Kami pemuda pemudi pelita menjunjung bahasa yang satu, bahasa cinta kasih.
Layaknya Sumpah Pemuda, Sumpah Pelita bertujuan untuk membagi pesan damai kepada seluruh khalayak luas dan menularkan semangat perdamaian.
Selanjutnya, perayaan HUT pelita yang ke-4 digelar, berdirilah semua hadirin. Tokoh agama berdiri di tengah para hadirin, menghadap tumpeng sebagai simbol perayaan ulang tahun. Ketua umum Pelita segera memotong tumpeng dan membagikannya satu-persatu kepada perwakilan tokoh agama yang hadir. Setelah itu barulah para hadirin dibagikan nasi kuning dan makan makan bersama disertai obrolan santai masing-masing peserta.
Rangkaian acara pertemuan bulanan dan perayaan ulang tahun selesai pukul 21.00 WIB, peserta yang telah selesai makan mulai berhamburan keluar. Dengan kendaraannya masing-masing mereka mengucapkan salam dan terimakasih terucap sebelum kembali ke rumah tercinta mereka.
Berita oleh: Jihan Fairuz
(Dept. Media dan Publikasi)
Comments Closed