
Oleh : DEVIDA (Dewan Penasehat Pelita Perdamaian)
Aku mencampakan-Mu
Di samping pabrik ao
Di sudut jalan desa
Di persimpangan masjid
Di arus air yang tidak lagi mengalir
Di bibir yang penuh luka
Tangisan nista melanda
Tuhanku
Aku pilu
Aku lesu
Aku tak mampu menjamah-Mu
Dengan sujud di malam dahaga
Maafkan aku wahai Sang Penguasa Gelap
Maafkan aku Dzat pembelah putih
Maafkan aku duhai pembalas waktu
Maafkan
Aku
Tak kuasa menghadirkan-Mu
Dalam setiap takbir
Yang penuh uang
Kesenangan
Kesengsaraan
Dan warna-warna sumbang
Kembaliku adalah permainanku
Tangisanku adalah kepongahanku
Getarku pada-Mu adalah paksaan
Dan paksaan itu mengalir dari darah
Menjadi nanah
Menjelma puisi
*Dimuat di Koran Kabar Cirebon (KC), tahun 2012.
Comments Closed