Membangkitkan Semangat Moderasi Melalui Pendidikan Multikultural

Membangkitkan Semangat Moderasi Melalui Pendidikan Multikultural

Sumber Foto: Eureka Pendidikan

Oleh   : Siti Jubaedah*
Editor  : Dias Alauddin 

Pelita Perdamaian – Agama, seharus nya bisa menjadi landasan untuk memahami segenap perbedaan. Ia juga bisa menjadi pendukung dan penguat bagi sesama manusia untuk selalu menegakkan perdamaian, dan keadilan yang membawa kesejahteraan.

Namun pada kenyataannya agama seringkali menjadi pemicu konflik, baik sesama agama itu sendiri maupun antar pemeluk agama. Kesakralan agama seakan menjadi hilang ketika para penganutnya justru bertindak bengis seperti orang yang tak beragama. Membunuh, memerangi, menghujat dan merampas hak orang lain merupakan pemandangan yang lazim ketika konflik antar agama terjadi.

Di Indonesia, kasus-kasus pertentangan antar agama juga kerap terjadi. Seperti kasus pengeboman tiga gereja di Surabaya yang dilakukan oleh kelompok radikal baru-baru ini.  Agama dijadikan sebagai senjata pembenaran atas tindakan kekerasan tersebut.

Untuk menghindari konflik antar pemeluk agama, dibutuhkan adanya ruang dialog antar umat beragama dan aliran kepercayaan. Sebagaimana dikemukakan oleh M. Ainul Yaqin dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Multikultural (2005), mengintensifkan forum-forum dialog antar umat beragama dan aliran (dialog antar iman), membangun pemahaman keagamaan yang lebih pluralis dan inklusif, serta memberikan pendidikan tentang pluralisme dan toleransi beragama melalui sekolah adalah beberapa upaya preventif yang dapat diterapkan.

Dalam pendidikan multikultural, seorang guru atau dosen tidak hanya dituntut untuk mampu secara profesional mengajarkan mata pelajaran yang diajarkannya. Akan tetapi mereka juga diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai keberagamaan yang inklusif kepada para pelajar.

Pada akhirnya, dengan langkah-langkah seperti ini, out-put yang diharapkan dari sebuah proses belajar-mengajar nantinya adalah lulusan sekolah atau universitas yang tidak hanya cakap sesuai dengan disiplin ilmu yang ditekuninya, tetapi juga mampu menerapkan nilai-nilai keberagamaan dalam memahami dan menghargai keberadaan para pemeluk agama dan kepercayaan lain.

Pendidikan multikultural diharapkan mampu membuka pemikiran para pemuda serta membangkitkan semangat moderasi antar umat beragama dan kepercayaan. Pada perkembangannya, pendidikan ini tidak harus dilakukan melalui jenjang pendidikan formal seperti sekolah maupun institusi, tetapi bisa juga dilakukan secara non-formal.

Bergabung dalam sebuah komunitas pelopor perdamaian, berdialog dengan pemeluk agama lain, berdiskusi, mengadakan ataupun mengikuti kemah perdamaian antar agama dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan mampu membangkitkan sense of multiculturalism sehingga terciptalah perdamaian.

Jika semangat moderasi sudah tumbuh dan berakar dikalangan para pemuda, bukan tidak mungkin negara ini akan menjadi damai. Konflik antar umat beragama pun akan berkurang secara perlahan.

*Penulis adalah Pengurus Departemen Bulanan Pelita Perdamaian 2018-2020.

Comments Closed

Comments are closed. You will not be able to post a comment in this post.