Pemilu SARA no!, Pemilu DAMAI yes!

Pemilu SARA no!, Pemilu DAMAI yes!

Doc : Pelitaadmin

Editor : Abdul Rosyid S.Ud

Oleh : Hasyim Al- Habsyi

 

Pelita Perdamaian – Indonesia adalah negara besar. Dengan luas 1,9 juta kilometer persegi, Indonesia menjadi salah satu negeri terluas di dunia. Jumlah penduduknya juga sangat besar, menempati posisi keempat dunia dengan total 262 juta jiwa. Indonesia juga bangsa yang beragam sukunya. Bayangkan saja, ada sekira 1.300 suku yang tersebar di 16.000 pulau. Tak ada bangsa yang begitu besar dan beragam seperti Indonesia.

Keragaman Indonesia, pada satu sisi adalah anugerah, sebuah berkah yang tak terpekirakan. Tapi di sisi lain, keragaman juga menyimpan potensi negatif. Keragaman bisa saja menjadi perpecahan jika satu sama lain antara anak bangsa tak menjunjung persaturan. Intergritas harus selalu diutamakan demi keberlangsungan hidup berbangsa di negara yang sangat beragam ini.

Rajutan persaudaraan dan persatuan tidak hanya ada dalam kata-kata melainkan juga praktik bahkan sudah menjadi keseharian kehidupan bangsa. Untuk mengukuhkan nilai-nilai persaturan tersebut, generasi penerus bangsa harus selalu ingat kesepakatan bersama untuk hidup dalam perbedaan.

Pancasila merupakan produk riil dari kesepakatan bersama yang disadari sepenuh hati. Selain itu, demokrasi juga dipilih sebagai cara untuk memastikan nilai-nilai Pancasila dapat diimplementasikan dalam kehidupan bernegara. Hidup rukun dan damai merupakan bentuk pengamalan dari nilai-nilai Pancasila. Lalu, demokrasi mengandaikan pergantian pemimpin dengan Pemilihan Umum (Pemilu). Nah, di sinilah pokok bahasan kita. Bagaimana pemilu yang tak lain merupakan agenda utama demokrasi jangan sampai menciderai nilai-nilai Pancasila.

Kita bisa melihat bagaimana beberapa kali penyelenggaraan PilPres, Pilkada, dan Pileg diciderai cara-cara yang tidak sehat, menggunakan agama sebagai media untuk meraih kekuasaan. Hal ini berdampak pada potensi konflik antar umat beragama di Indonesia.

Menghembuskan isu berbau agama dapat memancing reaksi antar golongan, bisa dilihat bagaimana aksi-aksi yang digelar akhir-akhir ini dengan semangat keagamaan yang tinggi dan ternyata politik adalah dalangnya.

Merespon hal tersebut sudah saatnya kita secara pro-aktif menyadarkan masyarakat agar tidak terpancing oleh agenda politik yang memainkan isu agama untuk mencapai tujuan politiknya. Hal ini yang sedang dilakukan oleh badan pengawas pemilu (Bawaslu) provinsi Jawa Barat. Pada hari rabu (18/04/18) Bawaslu Jabar bekerjasama dengan Sinode Gereja Kristen Pasundan (GKP) dan Jakatarub menggelar kegiatan sosialisasi pengawasan pemilu damai. Kegiatan ini dihadiri 300 pemuda lintas iman dari berbagai penjuru Jawa Barat.

Acara yang digelar di hotel Ibis Bandung ini bertujuan untuk mengajak pemuda lintas iman di tiap daerah di Jawa Barat agar terlibat secara aktif dalam kelangsungan pemilihan kepala daerah di tingkat kota, kabupaten, sampai provinsi agar mengawasi secara langsung proses pilkada yang akan dilaksanakan pada 25 juni 2018 mendatang.

Materi yang disampaikan sangat beragam, mulai dari mekanisme pemilihan, pelaporan pelanggaran, hingga sikap beberapa agama terhadap pemilihan kepala daerah yang akan datang.

Secara garis besar mengajak peserta untuk menyadari betapa pentingnya menjaga proses pemilu dari cara-cara kotor seperti hatespeech, isu SARA dan politik uang. Selain itu, acara juga bertujuan mengajak masyarakat secara luas agar menjadi pemilih yang cerdas, menjadi pemilih JITU.

Jitu merupakan singkatan dari Jeli, Inisiatif, Toleran, dan Ukur. Kita harus jeli dalam memilih calon pemimpin, mempunyai inisiatif mencari informasi terkait calon pemimpin, toleran terhadap perbedaan pilihan calon pemimpin, dan mengukur diri yang berarti rendah hati dan bijak dalam memilih.

Terakhir, Pemilu yang sehat dan damai hanya bisa dicapai apabila kita berpartisipasi dan berkomitmen untuk mewujudkannya. Dengan menjadi pemilih yang bijak, bangsa ini akan terhindar dari musibah pepecahan. Bukankah masa depan bangsa ini ada di tangan kita semua, kawan.

 

Penulis adalah Kordinator Departemen Media Pelita Perdamaian dan Alumni Youth Interfaith Camp (YIC) 2018

 

 

Comments Closed

Comments are closed. You will not be able to post a comment in this post.