Pasca Banjir, Pelita Perdamaian akan Fokus Pemulihan Psikis Warga

Pasca Banjir, Pelita Perdamaian akan Fokus Pemulihan Psikis Warga

Pengurus Pelita Perdamaian sedang membahas mengenai pemulihan psikis warga pasca banjir di Cilengkrang (6/3/18)

Editor: Winarno Ariel

PELITA PERDAMAIAN, CIREBON – Bencana banjir yang terjadi sejak hari Kamis, 22 Februari – 6 Maret 2018 yang melanda warga Cilengkrang, Kecamatan Pasaleman, Kabupaten Cirebon. Akibatnya beberapa rumah warga rusak, jalan-jalan berlubang, lumpur dimana-mana sampai setinggi lutut orang dewasa, hamparan sawah pun gagal panen, bahkan ternak milik warga tak bisa diselamatkan.

Tak hanya disitu, warga terdampak pun masih menyisakan ketakutan, kesedihan, dan kepanikan yang nampak menghiasi wajah, karena khawatir terjadi banjir susulan ketika hujan lebat turun kembali. Sisi lainnya adalah warga mulai merasakan gatal-gatal karena iritasi kulit, mual-mual, dan sakit kepala.

Melihat hal itu, Pelita Perdamaian tergerak hatinya untuk membantu warga di Cilengkrang. Namun sebelum memberikan bantuan atau pemulihan psikis warga, tim relawan Pelita Perdamaian melakukan observasi atau pengamatan yang didampingi Kepala Dusun Desa Cilengkrang Kecamatan Paseleman, Suhardi.

Ketika di lokasi bencana terlihat warga masih disibukkan dengan bersih-bersih rumah dari lumpur yang terbawa banjir. Parahnya ada satu lokasi lumpur sampai setinggi lutut orang dewasa.

“Yang terparah ada di dusun saya sendiri ada sekitar 2 rumah dan 12 pagar yang rusak, hal ini disebabkan karena jarak antara rumah warga yang sangat berdekatan dengan aliran sungai Cisanggarung sekitar 10 meter,” kata Suhardi, Jumat (9/3).

Ia menyebutkan, total keseluruhan kerusakan rumah akibat banjir ada sekitar 4 rumah dan dan 20 pagar yang rusak. “Saat ini kebutuhan masyarakat yang paling terpenting saat ini adalah masalah kesehatan, pendidikan dan pendampingan kepada warga yang mengalami trauma ketika turun hujan,” tuturnya.

Senada, Kepala Desa Cilengkrang Kecamatan Paseleman, Joni Sapjonika mengatakan, sebelum terjadi banjir sebetulnya sudah ada pemberitahuan dari pihak desa kepada warga bahwa akan terjadi banjir. Tetapi hanya sedikit warga yang meresponnya dan ternyata banjir datang dengan cepat hingga mencapai 2 meter.

Akibatnya banyak warga yang belum sempat mengungsi ke tempat yang aman dan banyak pula warga yang naik keatas rumahnya untuk menyelamatkan dirinya masing-masing.

“Saya mendapat telepon dari seorang penjaga pintu bendungan Cikeusik yang berada di Kuningan. Setelah menerima telepon tersebut saya langsung pergi ke semua mushola melalui toa (pengeras suara) untuk mengumumkan bahwa akan terjadi banjir. Tapi tidak ada yang mengira akan separah ini,” tutupnya. (Arul)*


*Penulis adalah Kader Pelita Perdamaian Departemen Media dan Publikasi

 

Comments Closed

Comments are closed. You will not be able to post a comment in this post.