
sumber foto : Reiki
Oleh : Risma Dwi Fani*
Editor : Dias Alauddin
Tsunami informasi terjadi di era sekarang, dimana masyarakat sangat mudah sekali memperoleh informasi yang dibutuhkan. Permasalahannya sekarang ialah di era digitalisasi seperti sekarang, apakah masyarakat khususnya anak muda telah memaksimalkan penggunaan media informasi? Bagaimanakah seharusnya pemuda bersikap sebagai pengimbang gerakan radikal? Akankah pemuda bersikap aktif atau malah pasif dan jumud dalam melihat sebuah isu dan atau menerima informasi yang tumpah ruah?
Jumud menurut bahasa artinya membeku, keadaan statis, dan tak ada perubahan. Dalam hal ini jika dilihat dari segi keilmuan keIslamannya, Muhammad Abduh menyatakan bahwa karena umat Islam yang terpengaruh oleh faham jumud, jadilah mereka tak menghendaki adanya perubahan dan tetap berpegang teguh pada tradisi.
Bagi Abduh kembali pada ajaran Islam saja tidak cukup, karena menurut Abduh suasana ajaran pada zaman klasik dan sekarang itu berbeda maka dari itu perlu adanya penyesuaian keadaan dengan masa modern seperti sekarang. Faham penyesuaian itu dapat diterapkan terutama pada ajaran mengenai mu’amalah. karena ajaran dalam Al-Qur’an dan Sunnah mengenai ibadah sudah jelas, tegas, dan terperinci. Sedangkan ajaran mengenai hidup kemasyarakatan sangat sedikit sekali dalilnya.
Oleh karena itu menurut Abduh, perlu diadakan interpretasi baru dan perlu ada pembukaan bagi pintu ijtihad. Menurutnya ijtihad itu bukan hanya boleh melainkan sangat penting dan perlu diadakan. Namun, dalam berijtihad juga harus memenuhi syarat untuk dapat menetapkan ijtihad bukan sembarang orang dapat melakukan ijtihad. Para mujtahid yang menetapkan hukum mu’amalah ini harus sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah yang memang telah disesuaikan dengan tuntutan zaman modern.
Membaca sebuah Upaya Menghalau Kejumudan
Membaca menjadi hal yang penting untuk mengetahui berbagai hal. Dengan membaca, alam pikiran kita terbuka sehingga akan banyak yang didiskusikan. Apalagi dengan isu-isu yang sekarang sangat rentan memecah belah kebhinekaan.. Hoax dan fakta kini sulit dibedakan, mungkin karena kecanggihan tekhnologi di zaman milenial ini. Oleh karenanya, sebagai masyarakat yang hidup di masa sekarang ini kultur membaca tidak boleh ditinggalkan. Janganlah menjadi generasi pemalas, apalagi dalam hal membaca. Apapun yang dibaca akan membuka satu demi satu jendela pengetahuan kita.
Membaca merupakan kebutuhan bagi setiap orang, dengan membaca kita bisa menemukan jalan dan memperkuat akar pengetahuan dari pohon ilmu yang kita tanam sendiri. Kalau kultur kita telah berubah menjadi generasi malas membaca maka kita akan banyak tertinggal, dalam hal apapun. Membaca merupakan sebuah upaya menghalau kemandekan berpikir, sehingga paham jumud tidak lagi menghantui. Namun, perlu diingat membaca disini bukan hanya asal saja tanpa adanya pemilahan terhadap informasi melainkan harus juga dengan upaya memverifikasi.
Sikap Anak Muda Membangun Komunitas Melek Media
Individu merupakan kunci utama dalam menjalankan sebuah sistem kehidupan di masyarakat sebagai makhluk sosial. Tidak hanya sebagai individu, manusia memiliki identitas lain yakni tergabung dalam sebuh institusi. Jika ditanya dimanakan peran anak muda ketika dihadapkan dalam sistem kemasyarakatan yang ada, tentu hal ini menjadi problematika yang membuat gamang. Namun, disisi lain sikap anak muda sangat diperlukan karena merekalah yang berkembang di era tumpah ruahnya informasi.
Lalu, bagaimana jika pemahaman anak mudanya saja masih cetek? Hal ini tentu harus digugah dengan banyaknya bahan bacaan yang sangat mudah didapatkan. Tidak hanya itu peran pemuda juga sangat diharapkan untuk menghalau paham radikalisme yang terlanjur mencemari lingkungan masyarakat, khusunya awam yang sangat mudah dipengaruhi.
Dengan demikian, memaksimalkan media yang ada dengan berbagi pengetahuan yang dimiliki tanpa adanya justifikasi akan terasa lebih indah, apalagi misi yang dijunjung ialah membangun perdamaian dan peradaban. Menciptakan nada yang enak didengar untuk menghasilkan kidung harmoni yang unik.
*Penulis adalah Sekertaris Pelita Perdamaian dan Alumni Youth Interfaith Camp (YIC) 2015.
Comments Closed