
“Bapakku pergi bekerja setiap hari, ia barangkat pagi-pagi hari sekali; jauh sebelum matahari beranjak bersinar,” Cerita murid.
Ia bekerja mengelilingi satu komplek, lanjutnya, dari satu rumah ke rumah lainnya, bersama rekan satu tim, yang selalu sigap.
“Dengan berseragam hijau, bapakku terlihat ganteng sekali.”
“Memangnya pekerjaan bapakmu, apa? Tanya Ibu guru
“Tukang sampah…”
***
Para siswa mendapat titah dari ibu guru untuk bercerita perihal orangtuanya di depan kelas. Satu persatu mereka maju. Bercerita. Ada yang bercerita tentang ayahnya yang berprofesi sebagai dokter, ada pula yang bekerja sebagai pegawai negara. Berikut juga dengan profesi lainnya.
Semua siswa mendapat giliran untuk presentas. Termasuk si Adi.
Adi adalah siswa terakhir yang maju di depan. Adegan menarik terdapat di sini, saat ibu guru merasa terenyuh, bahwa muridnya punya keberanian di luar perkiraan. Keberaniaan yang menghilangkan rasa rendah diri, bahwa ia adalah anak seorang tukang sampah.
Baginya, sosok ayahnya adalah pahlawan, tak penting lagi memandang status sosial dan jenis pekerjaan. Karena berkat tugas mulia ayahnya itu, seluruh komplek perumahan, gang-gang kumuh, selokan yang padat sampah, disulap menjadi bersih setiap hari. Seperti itulah dialog yang terjadi antara si ayah dan adi, pada waktu malam hari sebelumnya.
Adi -melalui film pendek itu- segera saja ingin menyodorkan betapa pentingnya menjadikan ayah adalah sosok pahlawan, kapanpun, di manapun dan dalam kondisi apapun. Film itu berjudul: “Bapakku Hebat”
***
Film pendek yang berdurasi sekitar 20 menit tersebut diputar dalam sela-sela kegiatan “Kelas Menulis Untuk Pelajar”, yang dihelat pada senin-selasa, 23-24 Mei 2016, bertempat di Pesantren Maharesi Siddiq Wanantara, Desa Kubang Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon. Sebuah acara haflah dalam tradisi pesantren lekat dengan tradisi akhir tahun, yang biasanya diisi dengan berbagai kegiatan.
Adalah Muhammad Syahri Romdhon yang memfasilitasi dan memberikan materi penulisan dasar dan kritik film itu dihadapan peserta yang berjumlah 80 orang, yang terdiri dari perwakilan 4 (empat sekolah): MTs Maharesi Siddiq Wanantara, SMPN Satu Atap, MTs al-Washliyah dan MTs as-Shalah. Pemutaran film dijadikan modal dasar para peserta untuk memasuki materi penulisan selanjutnya. Melalui sequel “Bapakku Hebat” peserta diajak menganalisa dan mengapresiasi bagaimana sebuah kerja perfilman.
Pria yang punya rambut gondrong, yang biasa akrab dipanggil Bang aray, memotivasi peserta dalam mengenali potensi diri masing-masing. Selain itu juga, jurnalis Kompas TV ini, memberi clue atau kisi-kisi tahapan bagaimana merumuskan sebuah materi dari kritik film, di antaranya: mengenali latar, plot, penokohan sampai pada jenis kritik film. Film “Bapakku Pahlawan” diputar dua kali dalam
Di hari kedua (selasa, 24 Mei 2016) tim dari Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Fatsoen IAIN Syekh Nurjati yang dimotori oleh Tyra memberi materi tentang mading sekolah. Menulis membutuhkan media tersendiri, agar mudah dibaca dan pesan di dalamnya juga tersampaikan.
“Mading merupakan media alternatif di sekolah untuk mengolah kreativitas yang ada,” tuturnya kepada peserta.
Setelah kedua materi disampaikan, para peserta diajak oleh Tim Pelita merumuskan sebuah gagasan, lalu kemudian mempraktikkanya agar menjadi sebuah karya yang utuh. Dengan mengajak peserta langsung praktik itu, yang berpindah tempat di wana-wisata Bendungan Cipager Wanantara, tujuannya agar para siswa mampu mengeksplorasi kreativas dan kerja sama tim yang lebih solid.
Kegiatan berakhir pada pukul 17.00 WIB, dengan hasil dari sekian proses selama dua hari yang telah dilalui, peserta mampu membuat karya tulis dalam waktu singkat, yakni dua jam.
Baik yang berbentuk fiksi atau non-fiksi, dengan tema diarahkan pada tema “Pengalaman”.
Peserta dari MTs Maharesi Siddiq, salah satunya, mampu membuat reportase saat perjalanannya ke Yogyakarta beberapa hari lalu. Tidak saja berhasil menelurkan karya dengan prinsip dasar 5 W+ I H dalam sebuah reportase, melainkan ia juga sudah pada tahap bagaimana reportase itu secara mendalam.
Karya-karya peserta seperti membuat puisi, cerita pendek sampai reportase panjang itulah lahir, yang kemudian dikumpulan menjadi sebuah karya bersama dalam satu ruang mading sekolah.
Di penghujung acara, Irfandi, Ketua Osis MTs Maharesi Siddiq memberi kesan bahwa kegiatan ini akan diteruskan untuk program kerja osisnya mendatang. Berikut juga pesan Jihan sebagai Fasiliator, agar setiap tiga bulan sekali rutin melakukan pertemuan antar sekolah yang sudah terlibat ini.
Kegiatan yang sekaligus menyambut perhelatan Haflah Akhirussanah Pesantren Maharesi Siddiq Wanantara, yang diselenggarakan oleh OSIS MTs Maharesi Siddiq bekerja sama dengan Pelita Perdamaian, Kompas TV dan LPM Fatsoen. Tujuan daripada kegiatan ini adalah menggali segenap potensi dan kreativas para pelajar melalui metoda seni penulisan.
Dimuat juga di sini
(Sandriyanie Omen)
Comments Closed