
Kearifan Lokal sebagai Media Transformasi Konflik:
Suasana tampak begitu khidmat. Sabtu, 19 April 2014, Pemuda lintas Iman (PELITA) menggelar diskusi rutin di Gasebo, ISIF. Agenda yang dimulai dari pukul 15.00-17.00 WIB berjalan santai tapi serius. Agenda ini, masuk dalam program rutin Departemen Riset dan Kajian Ilmiah. Dalam perjalanannya, wacana-wacana ilmiah yang sedang berkembang dan refleksi seputar advokasi-advokasi perdamaian yang dilakukan PELITA dibahas, dikupas secara lebih mendalam. kemudian diregulasi kembali, sehingga akan bisa menghasilkan sebuah pengetahuan dan pembelajaran yang sangat berharga.
Transformasi konflik melalui Kearifan Lokal dan perkembangan IT, menjadi tema yang dibahas pada kesempatan kali ini. Omen Sandriyanie sebagai pengurus di bagian Riset dan Kajian Ilmiah memantik jalannya diskusi lesehan sore itu.
Sebagai pembuka, pemantik memamparkan sedikit-banyak perkembangan metode transformasi konflik yang terkini. Konflik antar agama menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Seperti yang kita tahu, konflik antar agama marak terjadi. Baik itu yang sifatnya ideologis, praktis maupun politis.
“Agama bukanlah menjadi faktor utama (core conflict) dalam konflik anarkisme, namun hanya menjadi faktor konsideran maupun pendukung (supporting conflict)”, ungkap Pemantik, Omen.
Lantas, bagaimanakah peran kearifan lokal sendiri dalam memediasi konflik tersebut?
Diaz Alauddin, menjawab rona-rona kegelisahan tersebut dengan memakai analisis Ibnu Khaldun. “Kita mesti melihat secara jeli dan memadai sebuah ikatan kohesi yang terdapat di masyarakat, di mana ada ikatan masyarakat berdasarkan ikatan darah atau suku, ada juga ikatan lingkungan dan ikatan ideologis, Begutilah konstruksi paradigma dari Ibnu Khaldun.” kata Diaz,
“Dengan begitu, kearifan lokal akan semakin menubuh dalam proses-proses advokasi perdamaian bagi PELITA sendiri. Bagaimana misalnya, PELITA memosisikan dirinya? di bagian perlawanankah? Mediasikah? Ataukah strategi bertahan.” lanjutnya.
Sementara itu, Devida selaku ketua umum PELITA menyambut hangat serta mengapresiasi besar terhadap geliat kajian pada kesempatan itu. Selanjutnya, ia juga sedikit-banyak menambakan tentang relasi masyarakat dengan kelompok masyarakat tertentu, relasi agama dan Negara. Dengan begitu, ia juga memaparkan tentang manajemen konflik. Serta tak ketinggalan pula, analisis-analisis tajam utamanya yang berkaitan dengan konflik terbuka yang terjadi di masyarakat.
(By. Redaksi)
Comments Closed