Dari Pertemuan Bulanan sampai Dialektika Keragaman: Upaya Implementasi Pendidikan Interreligius

Dari Pertemuan Bulanan sampai Dialektika Keragaman: Upaya Implementasi Pendidikan Interreligius


Oleh: Haryono

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Sehingga dalam melaksanakan prinsip penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu; mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Begitulah kira-kira Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Bukan hanya pendidikan formal saja melainkan pendidikan informal juga turut mempengaruhi pola kehidupan masyarakat, terlebih dalam kehidupan yang beragam seperti di Indonesia ini. Namun acap kali pendidikan di Indonesia masih belum menemukan titik temu terkait masalah pendidikan (baca: pengajaran agama-agama dan kepercayaan)  yang diajarkan sekolah.

Pendidikan formal yang ada sekarang kebanyakan hanya memberikan pembelajaran agama masing-masing, padahal kita tahu bahwa sejak awal kita hidup dalam masyarakat yang plural, termasuk dalam hal agama. Maka kita perlu kiranya mengetahui ajaran agama lain.

Menguatnya Ekstrimisme Beragama

Jawa Barat merupakan wilayah yang selalu lekat mendapat juara dalam kaitanya dengan tindak pelanggaran intoleransi agama (Setara Institute, Wahid Institut, 2014). Banyak sekali faktor yang melatarbelakangi, baik berasal dari pemicu politik elektroral sampai ke taraf angka kemiskinan yang tinggi, yang menyebabkan orang dengan mudahnya berbuat intoleran. Dari sekian faktor yang multidimensional itu, penulis berasumsi bahwa salah satu akar permasalahanya terdapat pada pola pendidikan agama di Jawa Barat yang terkesan monolitik dalam konteks pengajaran agamanya.

Kita lihat, misalnya, di beberapa SMA Negeri di Kota Cirebon, pengajaran agama terkesan masih didominasi pengajaran agama Islam belaka, padahal murid didik berasal dari latar belakang suku, ras, dan agama yang berbeda. Di lain tempat, Kabupaten Indramayu, bahkan pemerintah daerah menerapkan sistem wajib baca al-Quran melalui peraturan Perda Syariah untuk seluruh sekolah-sekolah di semua leveli, tak terkecuali sekolah negeri. Hal tersebut, tentu saja, dalam skala waktu yang panjang akan berdampak pada minimnya pemahaman para peserta didik atas keberagaman dan multikulturalisme, di samping itu ia juga menyebakan paradigma siswa akan mudah jatuh pada kubangan pemahaman agama yang sempit, monolitik  dan ekstrim.

Jalur Kultural

Merespon situasi demikian; meningkatnya ekstrisme beragama, sempitnya ruang gerak masyarakat dalam memahami pola keberagaman, khususnya dalam ranah pendidikan, sejak tahun 2011, Pelita Perdamaian mengikhtiarkan jalur kultural agar keberagaman menjadi satu wadah bersama di masyarakat. Pertama, melalui pertemuan bulanan, yang punya konsep dalam pendekatan dialog dan aksi bersama antar seluruh elemen masyarakat di wilayah III Cirebon, dengan salah satunya berkunjung dari satu komunitas ke komunitas lain, satu rumah ibadah ke rumah ibadah lainnya. yang kedua, melalui penerapan pola pendidikan berbasis interrelijius dengan tujuan pembelajaran basic “living value education”, yang dilakukan oleh peserta dari tingkat SMA dari semua sekolah-sekolah agama. Kami sering mengistilahkan gerakan itu dengan nama ‘pesantren lintas iman

poto pelita

ilustrasi oleh Shintaeny

Dari sinilah, permasalahan pendidikan agama di sekolah-sekolah perlu diperhatikan dalam konteks pembelajaran agama di sekolah-sekolah yang terkesan menggunakan model pembelajaran monoreligius yang menyebabkan orang buta terhadap agama lain. Dari situ Pelita Perdamaian merancang sebuah sekolah intereligius dengan metode living value education, di mana peserta didik dari satu komunitas kegamaan diajak untuk live in di tempat komunitas keagamaan yang lainnya. Peserta didorong untuk terlibat aktif menjadi pembelajar sekaligus peneliti bagaimana memahami kehidupan-kehidupan orang yang berbeda keyakinan dan agamanya dengan mereka.

Pendidikan tersebut sebenarnya bertujuan untuk menanggulangi model pembelajaran monoreligius yang cenderung membuat orang bersikap pasif terhadap keragaman. Oleh karena itu pendidikan intereligius perlu dilakukan, karena melalui pendidikan intereligius orang berkesempatan mendapatkan pemahaman yang informatif, deskriptif tentang beberapa komunitas keagamaan disekitarnya. Dengan demikian sejak dini peserta didik belajar mengapresiasi dan bersikap toleran terhadap para penganut dan warisan tradisi berbagai komunitas keagaman.

Metode living education yang diterapkan Pelita Perdamaian dengan tujuan peserta didik bisa melihat secara langsung bagaimana kehidupan komunitas kegamaan lainnya yang pada ahirnya peserta didik akan mempunyai sikap yang positif terhadap keragaman dan tidak lagi timbul prasangka-prasangka yang tidak benar terhadap komunitas kegamaan yang lain.

Saya khususnya dan Pelita Perdamaian pada umumnya, melihat pola pendidikan seperti itu (monoreligius) ahirnya mudah dimasuki pemahaman-pemahaman yang radikal atau fundamental. Terlebih lagi di Cirebon ada beberapa sekolah yang memang sudah dimasuki golongan tersebut, sebut saja SMAN 1 Palimanan. Siswa khususnya di rohis sudah di berikan doktrin-doktrin yang tidak baik seperti tidak melakukan upacara bendera karena dianggap sebagai thagut dan hal tersebut akan merusak aqidah islamiyah mereka.

Hal tersebut yang saya khawatirkan, jika tidak ditanggulangi sejak dini maka akan menyebar ke sekolah-sekolah lainnya. Oleh Karena itu saya pribadi berharap dengan adanya pendidikan intereligius yang sedang dilakukan oleh Pelita Perdamaian Cirebon bisa terlaksana dan bisa mejaga semboyan kita yaitu Bhinneka Tunggal Ika.


penulis adalah wakil umum pelita perdamaian

Comments Closed

Comments are closed. You will not be able to post a comment in this post.