Carita Orang Basodara: Pesan Perdamaian Dari Ufuk Timur Indonesia

Carita Orang Basodara: Pesan Perdamaian Dari Ufuk Timur Indonesia

Riuh-gemuruh mewarnai sisi halaman Gedung pertemuan Gereja Bunda Maria, Dukuh Semar-Kota Cirebon. 28 Agustus 2014, Pemutaran film ‘Cahaya Dari Timur’ berlangsung dari pukul 15.30 sampai 17.30 Wib. Di sebuah ruangan yang terdapat di salah satu komplek Ballroom itu, berukuran sekitar 10×5 Meter Persegi, para khalayak yang hadir antusias mengikuti serta menikamti frame-frame dari setiap adegan yang ditampilkan oleh alur cerita pada film tersebut.IMG_0099IMG_0156IMG_0156

Jacky Manupati mengawali pembukaan acara Nobar dengan pembacaan sinopsis awal film yang bercerita tentang perjalanan advokasi perdamaian selama konflik antar agama yang berkecamuk di Poso-Ambon, beberapa waktu lalu. Bung Jack, begitu sapaan akrab Pria Paruh Baya ini adalah Tamu Undangan yang jauh-jauh menyempatkan diri hadir dari Ambon untuk acara pada kesempatan kali ini, juga sebagai penerima Tanabaum Award dari USIP ini berterimakasih atas kerja keras panitia dalam menyelenggarakan kegiatan ini.

Khayak yang memadati ruang pertemuan datang dari berbagai kalangan masyarakat luas. Di antaranya Jemaat Ahmadiyah Manis Lor, Kuningan, Muda-Mudi Katholik Gereja St. Yusuf Cirebon, GKP Cirebon, IPNU-IPPNU Cirebon, HDH Cirebon, Buntet Pesantren, Pesantren Miftakhul Mutaallimin Cirebon, MB2, ISIF, Unswagati, IAIN Syekh Nurjati, GKI Pamitran Cirebon,  GKI Pengampon Cirebon, serta aktivis yang tergabung dalam jaringan tokoh lintas Agama dan perdamaian di wilayah III Cirebon. Meski kuota dibatasi hanya 250 orang, namun hal itu tak menggangu  Kemeriahan selama acara berlangsung. Gereja Bunda Maria selaku tuan rumah menyambut dengan hangat agenda-agenda yang dilakukan oleh PELITA, seperti kegiatan ini, ujar Romo Yoseph selaku tuan rumah yang memberi salam pembukaan.

Setelah Pemutaran film berakhir, para tamu undangan yang hadir dipersilahkan istirahat. Tuan rumah menyediakan ruangan khusus untuk melaksanakan ibadah Sholat Maghrib bagi umat Muslim. Kemudian, setelah makan malam selesai, pada pukul 19.00 Wib acara dilanjutkan dengan Diskusi Buku, “Carita Orang Basodara”.

Ihsan Ali Fauzi dari PUSAD Paramadina Jakarta, Jacky Manupati dari Ambon dan Rosidin dari Fahmina/CRCS memfasilitasi jalannya diskusi buku yang berkomposisi pengalaman-pengalaman mengelola Perdamaian di tanah Timur, Poso-Ambon. Ihsan Ali Fauzi mengawali diskusi dengan mengulas-tuntas relasi agama dan perdamaian secara global. Menurutnya, Agama-Agama seyogianya mendorong pesan-pesan perdamaian yang terkandung di dalam teks-teks kitab sucinya. Misalnya saja, dengan mengambil inspirasi autobografi tokoh-tokoh perdamaian dunia. Ia menyebut sampel tokoh-tokoh dunia: Martin Luther King Jr & Mahatma Gandhi. Para tokoh tersebut, terlahir sebagai gerakan yang mengambil pesan-pesan agama untuk perdamaian. Mereka merupakan tokoh-tokoh yang termaginalkan oleh penguasa lalim, namun tetap bertahan kuat berkat pemahaman agama yang komperhensif. Dan hal tersebut perlahan-lahan mulai dilakukan di Indonesia.

Di sela-sela pemaparan para pemateri, Para tamu undangan mengajukan beberapa pertanyaan. Utamanya kaitan erat dengan refleksi seputar pemutaran film ‘Cahaya Dari Timur’.

“Apakah ada batasan berhubungan dengan orang-orang yang berbeda agama dan keyakinan? Kalau ada, batasannya itu sampai mana?” ujar salah satu Perwakilan OSIS dari salah satu pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Buntet Pesantren, berseloroh atas kegelisahannya perihal relasi agama dan perdamaian di masyarakat.

Seketika pula, Ihsan Ali Fauzi dari PUSAD Paramadina Jakarta menanggapi pertanyaan itu dengan, pertama-tama, haruslah dipahami bahwa konsep Toleransi itu tidak memaksa seseorang untuk melebur, jawab Ihsan. Ia menambahkan seperti kata-kata yang disitir dari Bung Hatta, “yang kita perlukan itu persatuan, bukan ‘Persatean’. “Apa maknanya?”

“Dalam persatuan itu sejatinya tak ada pemaksaan, kalaupun dipaksa berarti ‘persatean’. Lha hal pastinya itu gak langgeng soalnya gak sepenuhnya. Biarkan dia maunya seperti apa, saya kira itu yang paling penting. Jangan sampai kekuatiran kita, membatasi. Enkaptulasi itu artinya mulai dari pengapsulan ketika dimasukan dalam satu kotak, tidak boleh baca ini, itu. Nah membuat otak kita terkungkung, banyak sekali informasi yang kritis tentang banyak hal yang perlu dipelajari. Harus eksplorasi sebanyak-banyaknyanya. Intinya, kembali ke hati nurani.” Papar Ihsan

Perihal konsep toleransi dan perdamaian yang dipaparkan oleh pemateri, Rosidin dari CCRP yang bertugas sebagai moderator diskusi pada kesempatan kali ini memberi beberapa catatan. pertama, konsep pluralisme mesti beranjak ke problem-problem sosial dan kemasyarakatan yang lebih nyata. Dalam praksisnya,  akar toleransi yakni dengan cara mengola perdamaian agar senantisa berjalan harmonis. Seperti yang sudah dilakukan oleh teman-teman PELITA di wilayah III Cirebon. Ia mengasumsikan  bahwa gerakan perdamaian yang berhasil dilakukan oleh PELITA adalah Core-Existence of Building Movement Peace and Tolerance. Seperti Pertemuan Rutin Bulanan

Detik jarum jam menunjukkan pukul 21.00 Wib lebih 15 menit. Malam mulai larut diiringi sepoi angin yang bergerak pelan perlahan. Riuh-rendah keberlangsungan acara menandai akan selesai. Rencana kedatangan Glenn Fredly, yang awalnya akan ikut juga mengisi acara ini tidak jadi sebab alasan teknis, namun hal tersebut tidak mengurangi sedikitpun antusiasme para tamu undangan. Mereka berbondong-bondong datang dari berbagai penjuru mata angin sejatinya demi menjaga keharmonisan hidup di antara umat beragama. Tentu saja, inilah kunci utama agenda-agenda yang dilakukan oleh PELITA

Menutup acara, Jacky Manupati, memberikan Statement Clossing dengan bercerita pengalaman teman-teman di Ambon melalui sederet rentetan konflik antar agama yang cukup kompleks. Berkat dorongan dan semangat menjaga kehidupan anak-bangsa, kearifan lokal menjadi jembatan strategis dalam mengelola konflik yang ada.

Acara ini terselenggara atas kemitraan antara PELITA, PUSAD Paramadina Jakarta dan Gereja Bunda Maria Cirebon. Demi menyambut napak-tilas ulang tahun PELITA yang ke-3, agenda-agenda demikian akan terus digalakkan demi kemeriahan ulang tahun tersebut.

(Redaksi: Omen Sandriyanie)

Comments Closed

Comments are closed. You will not be able to post a comment in this post.