Bedah Buku PELITA: Jaringan KBB Jawa Barat Apresiasi Semangat Pegiat Pelita

Buku berjudul, “Merayakan Perbedaan: Refleksi Tiga Tahun Pelita Mengelola Perdamaian”, buah pena dari pegiat muda PELITA (PelitaPerdamaian Publishing: 2014) berkelindan mendapatkan apresiasi yang kian hangat, baik dari khalayak luas maupun jaringan kerja organisasi dan lembaga perdamaian yang tersebar di wilayah Jawa Barat.

Adalah Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandung, yang secara khusus menyelenggarakan kegiatan bedah buku PELITA, buku yang terbilang cukup unik itu, karena secara sistematika penulisan bergenre ‘gado-gado’ ini, pada Hari Rabu, 04 Maret 2015.

Bertempat di Fave Hotel Hyper Square-Bandung, Devida (Ketum PELITA) di hadapan peserta forum jaringan KBB Jawa Barat mempresentasikan komposisi buku, dari bab awal sampai akhir. Baginya, keterlibatan penulis-penulis yang berjumlah 17 orang di dalam buku refleksi 3 tahun pelita, tidak lain dan tidak bukan, sebagai upaya belajar dan belajar lagi, agar senantiasa untuk evaluasi organisasi pelita ke depan, demi perdamaian tentunya.

 “Teman-teman pegiat pelita, melalui buku ini, sejatinya kami ingin bercerita kembali bagaimana akar-akar tradisi toleransi di Cirebon dibangun,” Paparnya.

“Kerja-kerja pelita kan ada sub-bidang besar, pertama di wilayah political society, di mana pelita mengupayakan langkah-langkah kebijakan publik tentang relasi agama dan masyarakat. Kedua, di akar rumput atau civil society. Bagaimana kerja-kerja pelita dalam pengorganisasian di masyarakat seputar keberagaman. Meskipun, secara pribadi saya akui, penerbitan buku ini sangat nekad. Kita pakai modal sendiri,” Pungkasnya.

Harold Aron dari LBH Bandung sebagai pembanding dalam kesempatan bedah buku kali ini, menanggapi apa yang ia potret tentang perjalanan pelita sendiri. kehadiran buku pelita sedianya bisa menjadi inspirasi buat teman-teman KBB di daerah lain.

Segendang sepenarian, pertanyaan demi pertanyaan dari peserta jaringan komunikasi KBB Jawa Barat diajukan kepada pemateri perihal proses pembuatan buku pelita sampai substansinya, salah satu datang dari Agus asal komunitas ABI (Ahlul Bait Indonesia):

“Pertama, cover buku pelita ini menarik, bagaimana filosofinya? kedua, masukan saya adalah konten isi perlu buku perlu ditambahi seputar wacana perdamaian dari pembuat kebijakan publik, pemda atau polisi misalnya.”

Devida langsung menanggapi bahwa pemilihan cover pada buku pelita didasarkan atas nilai lokalitas keberagaman Cirebon. Ia bernama Paksi Nagaliman, yang merupakan simbol kerukunan antar umar beragama masyarakat Cirebon tempo silam. Bentuknya dihasilkan dari perpaduan Burok (Islam), Gajah (Hindu), Naga (Cina), yang juga merupakan kendaraan alternatif yang dipakai Sunan Gunung Jati. Yang buat cover ini adalah Dodi Yulianto, budayawan asal Cirebon. Lanjutnya, “Untuk edisi buku ke-2 dan selanjutnya masih terus dirumuskan.”

Ustadz Aang dari Ahmadiyah Manislor Kuningan di sela-sela perbincangan itu juga ikut mengulas bagaimana dinamika perjalanan kerja-kerja pelita dalam mengelola perdamaian di wilayah III Cirebon. Baginya, “Melalui buku ini, semangat pegiat pelita sangat kentara terlihat.”

Acara bedah buku yang berlangsung dari pukul 09-00-12.00 WIB kemudian ditutup dengan kegiatan rapat konsolidasi KBB tingkat Jawa Barat.

(Redaksi By: Sandriyanie Omen)

Comments Closed

Comments are closed. You will not be able to post a comment in this post.