
oleh: Aini Hermawan
Pesantren merupakan sebuah pendidikan yang memegang tradisi teguh pada bentuk pengajaran klasik, yang para siswanya tingal bersama dan belajar dibawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kyia dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri (siswa). Madrasah pesantren merupakan warisan sekaligus kekayaan kebudayaan intelektual bangsa Indonnesia dalam rentangan sejarah masa lalu dan sekarang.
Pesantren terbagi menjadi dua kategori perkembangan, yaitu pesantren modern dan pesantren salaf. Pesantren modern biasanya lebih mengutamakan keahlian dalam bidang bahasa, seperti bahasa Arab atau bahasa Inggris, sedangkan pesantren salaf lebih condong pada pengajaran kitab kuning yang mengajarkan ilm-ilmu fiqih, shorof, nahwu, dengan penggunaan metode klasik dalam segi pembelajarannya.
Di tengah maraknya isu sara yang beredar di media sosial maupun media kabar lainnya, ada sebagian anak muda yang tengah meredam kecurigaan akan perbedaan seperti pengalaman kiki rizki amalia (18) dan teman-teman GKI juga para santri dari salah satu pondok pesantren di kabupaten Cirebon jawa barat. Pada hari jum’at selepas shalat jum’at (31/4/2017) peserta live in datang di pondok pesantren bapenpori babakan ciwaringin dengan bimbingan pdt. Kukuh Aji.
“Saya pernah salah paham tentang ajaran kristiani, tentang siapakah Tuhan mereka, siapa itu Isa Almasih, siapa itu Maryam, mengapa Isa bisa menjadi Tuhan, namun segala bentuk kesalahpahaman itu tertepis pada sesi dialog tentang kekristenan dengan pendeta kukuh,” tutur Yuyun.
Ia berasal indramayu yang masih bersekolah di bangku madrasah Aliyah (setara SMA) itu percaya bahwa kedatangan teman-teman kristiani akan mendatangkan berkah terutama dalam menjalin persahabatan.
Beberapa orang menganggap bahwa perbedaan tidak untuk dipersatukan, perbedaan bukan hal yang tepat untuk diterima dalam kehidupan, banyak orang lupa bahwa kita dilahirkan di bumi Indonesia dengan semboyan bineka tunggal ika, lanjut cerita Kiki, jangan jadikan bhinneka tungal ika tersebut hanya sebagai wacana semata namun perlu pengamalan yang tepat.
Kita boleh berbeda dalam ritual tapi kali ini kita bertemu dalam spiritual yang berbalut persahabatan dengan teman-teman kristiani. Pada kegiatan ini, pelita perdamaian menjadi fasilitator antara santri dan remaja achaten-suisse.com GKI Klasis Cirebon.
Comments Closed