Siapa Nahdliyin dan Siapa Mereka?

Siapa Nahdliyin dan Siapa Mereka?

sumber foto : dutaislam.com

Oleh  : Taufik Fathoni

Islam, agama yang dibawa Nabi Besar Muhammad SAW, dalam perkembangan nya memunculkan beragam interpretasi dan membentuk pemahaman serta aliran yang berbeda-beda. Dalam soal aksi teror bom dengan meledakkan diri misalnya, hampir semua ulama menilainya sebagai manipulasi agama. Toh bagi Ustadz Abdus Shomad, sebagaimana dapat kita lihat di youtube, disebutnya sebagai “bom jihad”. Dan wartawan yang menyebutkan dalam pemberitaannya sebagai “bom bunuh diri”, menurut Shomad, adalah wartawan yang tidak Islami.

Adanya fakta-fakta perbedaan yang kadang sedemikian tajamnya itu, membuat kita dapat memahami ketika NU (Nahdlatul Ulama)  melahirkan istilah “Islam Nusantara” dan “Ahlussunah An-Nahdliyah”, tujuannya adalah untuk membedakan pemahaman Islam kaum Nahdliyin dengan kelompok atau aliran Islam yang lainnya.

Islam Nusantara yang dapat saya pahami adalah corak Islam yang dulu didakwahkah Walisongo di Nusantara. Yakni Islam yang murni. Dalam pengertian, Islam yang sudah dilepaskan dari bungkus budaya Arab, dan diganti dengan ‘bungkus baru’ yang berasal dari lokalitas yang ada di Nusantara sendiri.

Dengan demikian, Islam Nusantara adalah Islam yang tidak harus diidentikkan dengan budaya Arab. Sehingga warga muslim dari negara mana pun dapat tetap menjaga dan mempertahankan budayanya masing-masing, selama tidak bertentangan dengan syariat Islam. Dengan demikian pula, Islam Nusantara bukanlah corak Islam yang mengharuskan pemeluknya mengikuti budaya Arab. Dalam berpakaian misalnya, tidak harus pakai gamis; atau dalam selera musik tidak harus menyukai irama gambus.

Problema lainnya yang dihadapi NU, tampaknya  menyangkut komitmen kebangsaan terkait dengan mazhab ahlussunah waljamaah sebagai aliran yang dipertahankan dan diperjuangkan NU. Bagi NU, negara Indonesia ini adalah warisan dari hasil perjuangan para ulama. Karena itu harus dijaga keutuhan dan keselamatannya,  dari kelompok mana pun yang mencoba mengancamnya. Tak terkecuali dari kelompok radikal yang mengatasnamakan Islam.

Persoalannya, belakangan banyak pula ulama dan penceramah dari kalangan ahlussunah waljamaah yang komitmen kebangsaannya meragukan. Amaliyahnya sama dengan nahdliyin, tapi dalam hal siyasah (pemikiran dan gerakan politik) setali tiga uang dengan kelompok radikal yang anti Pancasila.

Mungkin karena itulah sehingga NU merasa perlu mengkreasi istlah “Ahlussunah An-Nahdliyah”. Tujuannya tentu saja untuk membedakan NU dengan penganut ahlussunah lainnya yang tidak memiliki komitmen kebangsaan, malah cenderung menciptakan ancaman bagi keutuhan bangsa dan keselamatan negara.

Upaya mengkreasi pembeda seperti itu memang dibutuhkan, mengingat semakin banyaknya kelompok yang mengklaim sebagai pejuang Islam tapi dengan cara-cara yang justru merusak Islam.

Mereka mempersoalkan istilah Islam Nusantara, dan menolak kata sifat lainnya yang diletakkan dibelakang kata Islam. Mereka berteriak bahwa Islam adalah satu dan berasal dari sumber sama, sehingga tidak boleh ada embel-embel lain dibelakang kata Islam. Padahal mereka ingin berlindung dibalik  keseragaman, supaya apa pun yang dilakukan akan dipandang sebagai representasi dari umat Islam secara keseluruhan.

Comments Closed

Comments are closed. You will not be able to post a comment in this post.